PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI, EFEKTIFKAH?

admin Berita

unigha

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini memberikan banyak kelebihan dan terobosan untuk diterapkan, salah satunya dalam penerapan di dunia  pendidikan. Hal ini dapat terlihat dari sistem pembelajaran pendidikan yang lebih ditekankan pada pembelajaran daring yang tentunya merupakan peran dari teknologi. Dengan penerapan Teknologi proses belajar mengajar menjadi lebih mudah.

Berdasarkan  Tounder., et al (dalam Selwyn, 2011) mengemukakan bahwa teknologi khususnya teknologi digital dalam implementasi lembaga pendidikan merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran, sebagai instrumen akses informasi referensi pembelajaran maupun sarana dalam menunjang kegiatan belajar mengajar itu sendiri, termasuk dalam menyiapkan tugas yang diberikan. Kajian tentang peranan teknologi dalam pendidikan juga pernah dilakukan oleh Rogantina (2017), yang menggambarkan bahwa teknologi sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu.

Selain itu teknologi juga berperan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran sehingga akan mempermudah pendidik mencapai tujuan dari pendidikan. Beberapa platform yang mendukung pelaksanaan pembelajaran daring seperti google classroom, moodle, edmodo, rumah belajar dan learning management system lainnya, bahkan platform lain yang menyediakan bentuk layanan video juga semakin banyak seperti Zoom, Google Meet serta Visco Webex. Kajian ini sendiri merupakan wujud analisis yang timbul dengan kondisi saat ini dimana pandemi Covid 19 yang belum usai memberikan pengaruh besar terhadap psikologi pembelajaran, pendidik, anak didik dan orang tua.

Dalam implementasinya pembelajaran daring memberikan tantangan tersendiri yang artinya memerlukan effort lebih bagi pelaku pendidikan dan masyarakat luas khususnya para orang tua. Dalam pelaksanaannya pendidik harus mencari cara bagaimana agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan mudah oleh peserta didik. Begitu  juga bagi peserta didik dituntut juga harus bisa menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, seperti kesiapan perangkat pendukung pembelajaran hingga kesiapan mental.

Hal ini tentu berimbas dan terasa berat bagi kedua belah pihak, terutama bagi pendidik yang secara langsung dituntut kreatif dan inovatif dalam penyampaian materi ajar kepada peserta didik. Penyesuaian pola transfer ilmu dari konvensional ke media digital diperlukan, termasuk penyesuaian materi tiap jenjang pendidikan sesuai kebutuhannya. Ini sedikit banyaknya juga menimbulkan tekanan fisik dan mental dalam pelaksanaannya, sehingga dibutuhkan pola pikir positif untuk membantu menerapkan media pembelajaran daring, yang tentu saja akan menghasilkan capaian pembelajaran yang memenuhi kualitas yang diinginkan. Para pendidik yaitu guru dan dosen bukan satu-satunya penentu keberhasilan tersebut, tetapi peran orang tua ketika belajar dirumah juga menjadi role model dalam mendampinginya belajar.

Ini menjadi tantangan berat bagi guru, dosen dan orang tua. Banyak orang tua mengeluh dengan sistem pembelajaran daring ini. Terlebih untuk anak didik usia dini yang peran pendampingan dari orang tuanya dituntut lebih intensif. Ini mengingat pengenalan teknologi dalam pemanfaatan media belajarnya belum merata. Untuk jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah menjadi permasalahan tersendiri seperti akses teknologi, sampai perangkat pendudkung teknologi khususnya teknologi pendidikan sebagai media belajar mengajar yang belum merata. Secara umum sebagian besar peserta didik sudah mengenal teknologi digital, tapi dalam pengoperasiannya belum dijalankan secara optimal dalam pembelajaran. Guru Anak Usia Dini misalnya, dituntut harus bisa memberikan pembelajaran yang menyenangkan dengan kreatifitasnya, Guru SD dan Siswanya harus ekstra lebih memahami pembelajaran ditambah dengan pengoperasion koneksi video dengan Zoom atau media video lainnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat anak didik belum bisa mengoperasikannya secara mandiri.

Begitu juga di jenjang Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi, yang malah lebih membutuhkan inovasi dari pendidik agar peserta didik antusias serta tidak bosan, tanpa menghilangkan unsur-unsur capaian pembelajaran yang diinginkan. Ditambah lagi dengan kondisi daerah tempat tinggal peserta didik yang beragam, banyak daerah yang mempunyai akses internet untuk belajar onlinenya mudah, daerah-daerah tertinggal atau daerah pedalaman jangankan internet jangkauan listrik saja terbatas. Ketersediaan gadget pendukung pembelajaran juga menjadi masalah tersendiri, walau di tahun 2021 ini beberapa daerah sudah memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan HP atau Tablet dengan anggaran bersumber dari dana BOS dan Kuota Internet dari Pemerintah (Kemdikbud,2020) namun efektifitas pembelajaran daring masih kurang.

Mudah-mudahan akhir 2021 ini pandemi Covid  19 segera mereda, mengingat tingkat penerapan PPKM di beberapa daerah sudah menunjukkan level yang rendah, bahkan beberapa daerah sudah memulai perkuliahan dan pembelajaran tatap muka terbatas dengan metode Hybrid Learning dengan tidak lupa menerapkan protokol kesehatan yang ketat (Serambi Indonesia, 2021) . Akhir kata penulis bisa rangkumkan beberapa pendapat yaitu pembelajaran daring (online) efektif jika semua sarana prasarana memadai dan terpenuhi baik dari jaringan internet, listrik dan perangkat pembelajarannya, serta dibutuhkan dukungan dari semua pihak agar pembelajaran ini berjalan baik. Dan hanya di level-level tertentu yang berjalan sesuai yaitu sekolah menengah dan perguruan tinggi. Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Jabal Ghafur (mustakim_sagita@students.unnes.ac.id).